Home » Museum » Museum Njana Tilem
Museum Njana Tilem
Description
Terletak di Jalan Raya Mas No. 162 Banjar Batanancak Desa Mas Ubud, Museum Patung ini adalah terbaik di Asia Tenggara dengan luas 2,5 Hektar dengan pemandangan sawah yang menghijau. Mimpi Ida Bagus Tilem (1936-1993) membangun sebuah Museum telah lama ketika beliau menderita diabet tahun 1973. Akhirnya almarhum juga sempat meletakan batu pertama pembangunan Njana Tilem Museum diakhir-akhir tahun beliau akan wafat. Pada intinya Museum ini dibangun untuk mengabadikan hasil karya seni pahat Ida Bagus Njana dan Ida Bagus Tilem, merupakan maestro seni pahat Indonesia. Museum dibagai menjadi beberapa halaman (mandala) yaitu bagian luar untuk tempat parkir yang luas dibatasi dengan Candi Kurung. Sedangkan mandala kedua ada bangunan fasilitas wantilan dan restaurant, halaman luas di depan candi kurung untuk kegaiatan art performing, dan tempat resepsi pernikahan serta kegiatan outdoor lainnya. Sedangkan bangunan utama adalah museum itu sendiri menghadap ke selatan yang berisi koleksi Ida Bagus Njana , Ida Bagus Tilem serta koleksi-koleksi seniman patung Bali yang sangat terkenal. Bagi warga desa Mas museum ini adalah aset sebagai tempat edukasi dan liburan untuk mengapresiasi sebuah karya seni pahat adi luhung, memiliki berbagai hasil seni ukir yang tidak ternilai harganya. Nama museum ini sendiri diambil dari nama dua maestro seni patung, Ida Bagus Njana dan Ida Bagus Tilem. Keduanya bisa dikatakan sebagai maestro yang mengembangkan gaya patung Desa Mas. Diantara koleksi ukiran ada yang sangat menarik perhatian, yakni patung yang memiliki tujuh wajah berbeda jika dilihat dari sudut atau posisi yang berbeda. Patung ini pernah ditawar oleh Raja Yordania, namun Ida Bagus Tilem tidak melepaskan patung ini. Bahkan sang raja sampai mengunjungi dua kali hanya untuk meminta patung tersebut agar dijual. Sang pemahat, Ida Bagus Tilem tetap tidak melepaskannya, dengan satu alasan yang luar biasa: jika patung tersebut dibawa ke Yordania, maka generasi selanjutnya di Bali tidak akan pernah melihatnya lagi dan tidak akan bisa belajar dari patung tersebut, sebuah idealism yang luhur.