I DOJOTAN MAESTRO PATUNG ( 1884-1994)
Pada Tangal 01 June 2020 | Dilihat 1208 Kali

Masyarakat pencinta seni mungkin banyak yang belum tahu tentang sosok dan wajah maestro pematung yang karya - karyanya mulai tahun 1932 ikut menghiasi beberapa museum Eropa , karena sangat jarang dan belum pernah dipublikasikan oleh media. I DOJOTAN ( I DOYOTAN ) lahir di banjar Tarukan , desa Mas , Ubud , Giantar - Bali tahun 1884 dan meninggal tahun 1994 dalam usia 110 tahun.
Sosok seniman tulen yang gaya hidupnya sangat - sangat sederhana. Penampilan kesehariannya sangat artistik. Gaya berpakainnya nyentrik. Fisiknya dan ototnya kuat.Otaknya sangat cerdas dalam mengingat suatu hal. Membuat patung hanya saat suasana hatinya bagus. Dahulu untuk membiayai hidup keluarga , beliau dapatkan dari menjual kayu bakar , buah pisang , daun pisang dan buah nangka yang ada di pekarangan samping rumah miliknya. Hampir semua patungnya berasal dari kayu nangka dari tegalannya.

Kreatifitasnya muncul seiring saat periode lahir gaya patung modern di desa MAS awal tahun 1930-an. Dari segi usia I DOYOTAN adalah pematung yang paling tua diantara generasi pematung pertama anggota PITA MAHA. Kalau sekiranya Ida Bagus Ketut Gelodog , Ida Bagus Nyana , I Made Gerembuang lahir tahun 1912 maka I DOYOTAN saat itu sudah berumur 28 tahun. Lebih tua 2 tahun dari I COKOT yang lahir tahun 1886. Di samping sebagai pematung I DOJOTAN adalah seorang penarik kecak ( tarian Janger ) pada usia remajanya. Di karunia 3 orang putri , Ni Wayan Wiri , Ni Nyoman Wiru dan Ni Ketut Lanus. Patung khas DOYOTAN gayanya sangat sederhana dan polos , sepolos hati dan penampilannya. Semua patungnya adalah curahan perasaan dan jiwanya yang paling dalam. DOYOTAN punya gaya tersendiri dalam menterjemahkan ide dan alam pikirannya dalam membuat patung. I DOYOTAN juga bersentuhan denga WALTER SPIES dan R. BONNET dan kedua seniman Eropa itulah yang ikut membawa patungnya ke Eropa bersamaan dengan patung karya - karya seniman desa MAS yang lain. I DOJOTAN membuat patung tidak setiap hari seperti pematung saat ini. Membuat patung hanya di saat ada inspirasi dan suasana hati lagi bagus. Salah satu cucu I DOJOTAN bernama I Wayan Sanglah Darmayuda yang mewarisi darah seni si kakek. Kesehariannya juga membuat patung. Gaya hidup si cucu sama persis seperti gaya hidup sang kakek yang sangat sederhana.