Home » Maestro » Ketut Alon

Ketut Alon

Description

 

Galeri ALON salah satu usaha Toko Seni ( Art Shop ) yang ada di jalan raya Mas sebagai salah satu tujuan dan perlintasan wisatawan di Bali. Galeri ALON awalnya lebih dikenal sebagai I Ketut ALON Balinese Art Shop & Wood Carver yang didirikan sejak tahun 1968 oleh I Ketut ALON ( almarhum ).

I Ketut ALON sebagai salah satu seniman patung kayu yang ada di desa Mas saat jaman seniman Ida Bagus Tilem, penerus seniman besar seni patung Ida Bagus Njana yang sekaligus sebagai guru dan insfirator lahirnya jiwa seni I Ketut ALON. Art Shop I Ketut ALON didirikan berawal dari keinginan untuk membantu memasarkan karya-karya seni patung keluarga sendiri yang sehari-harinya bekerja bersama dalam sebuah keluarga di banjar Tarukan Mas. Sebelum mendirikan art shop, I Ketut ALON ditemani istri dan anak-anak sekali waktu berjualan “ ngancung “ ke pasar-pasar seni termasuk ke area pelabuhan wisata Benoa. Setelah para wisatawan mulai berkunjung ke obyek-obyek wisata yang ada di wilayah Ubud ke utara yang melewati desa Mas, didirikanlah sebuah art shop kecil tersebut.

I Ketut Alon salah satu seniman yang terlahir dan terbentuk secara alami di desa Mas atas sebuah keinginan untuk belajar seni patung dan ukir untuk menyalurkan keinginan jiwa dalam tugas untuk ngayah ngukir dan membuat hiasan yang ada di pura maupun untuk kepentingan umum di banjar maupun di desa. Karya-karya beliau sudah banyak dikoleksi oleh wisatawan dari berbagai Negara sampai suatu hari beliau diundang untuk melakukan Pameran di negara Jepang sebanyak 3 kali dari tahun 1981, 1983 dan 1985. Sejak mengikuti acara pameran tersebut kedatangan para wisatawan dari Jepang dan negara-negara lainnya semakin banyak berkunjung ke art shop termasuk ke wilayah Ubud dan Bali. Sebagai dampak atas kunjungan para wisatawan yang semakin meningkat akhirnya art shop pun dikembangkan menjadi lebih besar sejak tahun 1989 dengan penambahan luas, koleksi dan koneksi kerja sama dengan berbagai travel agent yang memberikan salah satu dampak kemajuan perekonomian masyarakat di desa Mas termasuk Bali secara umum. Sejak tahun 1991, I Ketut ALON Balinese Art Shop & Wood Carver berubah menjadi Galeri ALON seiring adanya kebijakan untuk mengurangi penggunaan identitas usaha dalam Bahasa Inggris. Selain itu dengan kehadiran anak laki-laki nomor 5, I Kadek Ariasa ikut melakukan pembenahan sistem operasional perusahaan dan pemasaran dan sistem lainnya sehingga diharapkan mampu mengikuti perubahan tuntutan persaingan yang ada sekaligus meringankan beban I Ketut Alon yang semakin tua dari sisi fisik agar lebih berfokus pada berkarya seni. Sayangnya usia dan hidup bukan ditentukan oleh kita sendiri, pada akhirnya pada tanggal 23 Maret 1993 beliau meninggalkan sebuah karya kebesaran di bidang Seni dan Kehidupan untuk anak-anaknya pada usia sekitar 61 tahun.

Selanjutnya Galeri ALON dijaga dan dikembangkan oleh Kadek Ariasa sebagai salah satu anak yang memegang tanggung jawab besar untuk meneruskan dan mengembangkan warisan leluhur yang sangat besar tersebut agar lebih bernilai dan bermanfaat lebih besar dan luas. Selain mengembangkan dari sisi bisnis galeri, sebagai rasa syukur atas berkah Ida Sang Hyang Widhi Wasa Tuhan Yang Maha Esa, Galeri Alon mulai menambah kegiatan sosial lemanusiaan di bidang Seni Budaya dengan merintis Sanggar Seni Tabuh dan Tari skala kecil sejak tahun 1995 sekaligus mewujudkan sebuah Yayasan I Ketut ALON. Akhirnya secara resmi sejak tahun 2000 membentuk Sanggar Githa Ariswara di bawah yayasan I Ketut ALON yang bergerak di bidang sosial seni budaya. Inilah yang menjadi bagia dipersifikasi usaha Galeri ALON sekaligus misi sosial perusahaan keluarga. Seiring perkembangan pariwisata yang makin meningkat, kegiatan seni budaya Sanggar ini dikembangkan sebagai salah satu program “ Balinese Art and Culture workshop “yang menarik minat cukup besar para wisatawan yang berkunjung ke Bali khususnya ke Galeri Alon. Hal tersebut semakin berkembang setelah ada kombinasi program “ Culture and Homestay “ sebagai bagian paket seni budaya.

Setiap perkembangan dan kemajuan senantiasa ada tantangan dan cobaan, pada tahun 2002 dan 2005 terjadi tragedi Bom Bali yang pertama dan kedua menyebabkan pariwisata Bali termasuk desa Mas mengalami dampak yang cukup besar sehingga program Balinese Art Culture and workshop with homestay mulai berkurang dan penurunan daya beli para wisatawan terhadap seni patung dan ukir kayu juga mengalami penurunan. Beberapa art shop / Galeri sudah mulai beralih fungsi dan status dari yang tidak aktif bahkan sudah ada yang bangkrut sehingga berdampak pada perkembangan seni patung dan ukir kayu yang ada di desa Mas khususnya dan Bali umumnya. Sempat terjadi perkembangan lebih baik tetapi tida konsisten karena semakin banyaknya persaingan seni kerajinan Bali dijual bebas murah di luar negeri dan persaingan distinasi wisata yang semakin ketat dan berbiaya murah. Apapun itu Galeri ALON sebagai salah satu cikal bakal tumbuhnya took seni di desa Mas harus tetap bisa bertahan dan menjaga warisa leluhur.

Pada akhirnya agar seni dan kehidupan tetap harus tumbuh, maka didirikanlah Taman Pendidikan Sarin Rare di bawah tanggung jawab Yayasan I Ketut Alon dengan memanfaatkan beberapa bagian bangunan yang belum termanfaatkan secara optimal. Hal ini dilakukan selain sebagai salah satu wujud rasa syukur dan meneruskan jiwa sosial pengabdian Bapak Seni Keluarga I Ketut Alon jaga sebagai bagian pengabdian Pendidikan untuk Anak-anak Kita sekeligus untuk memperkenalkan bahwasanya Seni dan Budaya mampu memberikan nilai-nilai kehidupan dan pengetahuan yang bisa menjadi bagian pengalaman dan bekal dalam mengarunginkehidupan ke depannya. Harapannya agar Anak-anak dan Generasi Penerus Kita belajar mengenal, mengerti dan menghargai serta mencintai karya dan seni budaya warisan leluhur Kita semuanya. Terlebih baik lagi kalau mereka mampu melakoni dan meneruskan seni budaya warisan ini menjadi lebih baik dan bermanfaat untuk dirinya maupun kehidupan lainnya.

INg Ngarso Sung Tulodo, Ing Madya Mbangun Karso Tut Wuri Handayani hanya itu sebuah cita-cita dan harapan kecil kita yang akan semakin tua untuk bisa berharap Anak-anak dan Generasi Penerus Kita akan betul-betul mampu meneruskan warisan leluhur dan yang kita punya menjadi semakin benar, baik dan bermanfaat. Semoga ada nilai guna dan kurang lebihnya minta maaf yang tulus atas cerita kecil ini.

Suksma,

 

Kadek Ariasa

Penulis cerita